Aku dan Ibu - Shining Rose Media

Transcrição

Aku dan Ibu - Shining Rose Media
Aku dan Ibu
Istimewa
Melahirkan anak adalah rahmat yang luar biasa. Rasa
sakitnya pun luar biasa. Tapi semua rasa sakit itu bisa hilang
dalam sekejap saat aku mendengar suara tangis pertama
anakku yang baru saja lahir. Semuanya hilang... tidak berbekas!
Aku sedang tidak terlalu sehat saat harus melahirkan
anak kedua. Waktu itu aku terus menggigil kedinginan sampai-sampai aku harus diselimuti rangkap empat. Kondisiku
juga harus terus diamati supaya kesadaranku bisa terus terjaga. Saat itu yang ada hanya rasa pasrah, antara hidup dan
mati.
Di saat kritis itu, seandainya ada malaikat di sebelahku
dan menanyakan, “Pilih kamu atau anakmu?”
Pasti tanpa pikir panjang aku akan memilih anakku
untuk tetap hidup. Tapi syukurlah nggak ada malaikat yang
menyodorkan pilihan itu, sehingga aku masih bisa hidup
bersama anak-anak hingga saat ini.
Pengalaman melahirkan ini membuatku merasa begitu
berhutang budi dan nyawa pada ibuku. Tanpa kesediaan dan
kerelaan beliau, pasti aku tidak akan lahir di dunia ini. Aku
percaya bahwa tidak ada keindahan kasih yang lebih indah
daripada pengorbanan seorang ibu.
Kadang, sebagai seorang anak, kita malah melupakan
peristiwa besar ini. Kita sering menuntut ini itu kepada ibu
kita. Kita sering tidak bisa memahami mereka. Bahkan sering
juga terjadi pertengkaran yang berkepanjangan.
Hal yang sebaliknya pun juga sama-sama terjadi. Ibu
seringkali lupa kalau dia pernah mempertaruhkan hidup
untuk anaknya. Ada juga ibu yang kemudian malah menuntut sang anak untuk membalasnya seumur hidup, dengan
kewajiban untuk terus menuruti semua keinginan sang ibu,
tanpa sadar bahwa jaman sudah jauh berbeda dan berubah.
2
Sering juga ibu lupa, bahwa anak itu hanyalah ‘titipan
Tuhan’. Sebagai orangtua, semestinya kita harus bisa bersyukur karena telah dipercaya Tuhan dan sebagai konsekuensinya, ya kita wajib bertanggung jawab atas kehidupan
juga keselamatan hidup anak-anak kita.
Anak-anak juga bisa lupa akan hal itu, apalagi
mereka memang belum pernah merasakan bagaimana
rasanya saat melahirkan. Walaupun suatu saat nanti, anak
perempuan akan merasakan sendiri bagaimana menjadi
seorang ibu, tapi anak laki-laki hanya bisa sekedar membayangkan ketika istrinya melahirkan.
Orang tua juga memiliki tugas membesarkan dan
membekali hidup untuk masa depan anak-anak. Dewasa ini, peran pria sebagai bapak sudah sejajar dengan ibu,
kecuali dalam hal melahirkan. Sering aku melihat bapak-bapak dengan luwes menggendong bayinya dengan selendang,
mengantar anak-anak ke sekolah, dan berbelanja ke pasar
atau supermarket sembari bermain dengan anak-anaknya.
Bahkan ada temanku di Milis Loyola ‘77 yang bercerita tentang bagaimana dia menikmati saat-saat dia mengganti
popok atau membuatkan susu untuk anaknya. Indah sekali...
Pengalaman yang luar biasa saat melahirkan juga mengingatkanku untuk menghargai hidup kita. Karena ibu sudah
mempertaruhkan nyawanya untuk kita.
Aku jarang mendengar cerita dari ibuku tentang keberadaanku sejak aku masih dalam kandungan hingga aku
lahir. Yang sempat aku tahu, aku lahir dengan berat 2,9 kg.
Menurut ibuku, aku bayi istimewa, karena waktu itu rumah
sakit sedang kehabisan kamar biasa, jadi ibu diberikan kamar
VIP dan aku boleh tinggal sekamar dengan ibu selama di rumah sakit. How sweet...
Big thanks to my mom... Thanks for your unconditional love...
3
I Want Him...
Ibuku lahir di tahun 1924. Beliau sempat mengalami
masa penjajahan Belanda, masa kemerdekaan RI, dan juga
masa penjajahan Jepang. Sebagai istri seorang pegawai PLN,
beliau mengikuti ke manapun bapak ditempatkan. Sejak
menikah, bapak sudah menjadi kepala PLN di Malang. Di
kota itu, ibu melahirkan anak pertama dan kedua. Keduanya laki-laki dengan perbedaan umur 4 tahun. Empat tahun
kemudian bapak menjadi kepala PLN di Salatiga. Di sini lahir anak ketiga dan keempat. Keduanya perempuan dengan
perbedaan umur 3 tahun. Wah sepertinya ada penurunan
perbedaan umur nih, dari 4 tahun menjadi 3 tahun! Mungkin
karena situasi damai seusai perang turut membawa kedamaian di hati bapak ibu, sehingga kehamilan ibu menjadi lebih
cepat dari kehamilan anak pertama dan keduanya...? Who
knows...
Sepertinya perkiraanku ini benar, karena setelah kepindahan mereka ke Magelang, ibu melahirkan anak kelima
dan keenam. Kali ini perempuan dan laki-laki dan perbedaan
usianya hanya 2 tahun! Wow... semakin rapat perbedaan
usianya.
Nah, ini yang sulit kubayangkan. Aku adalah anak
ketujuh yang lahir di Jogjakarta, itu artinya pada saat aku
dalam kandungan, kakakku baru berusia sekitar satu tahun.
Jadi, ibu dengan keenam anaknya, yang terkecil waktu itu
kira-kira berumur satu tahun, mengandung anak ketujuh dan
harus pindah ke Jogjakarta. Memang jarak kota Magelang
dan Jogjakarta tidak jauh, kalau sekarang, jarak tempuhnya
paling hanya memerlukan waktu kira-kira 1 jam, tapi di
tahun 60-an... aku tidak bisa membayangkan seperti apa
perjalanannya!!
Di Jogjakarta, lahirlah anaknya yang ketujuh, anak
perempuan, dan itulah aku. Setelah kehamilan ibu yang boleh
4
dibilang berurutan sejak anak ketiga hingga anak ketujuh,
ibu kemudian lama tidak mengandung. Empat tahun setelah kelahiranku barulah ibu mengandung lagi. Kalau melihat
riwayat perjalanan ibu, aku bisa memahami kalau beliau
cukup panik dengan kehamilannya yang kedelapan ini. Aku
juga sangat memahaminya saat beliau kemudian bermaksud untuk menggugurkan kandungan karena pertimbangan
usia ibu yang sudah 38 tahun, dan mungkin karena ibu juga
merasa capek.
Secara rasional, semuanya terlihat seperti keputusan
yang logis dan benar. Tapi naluri keibuannya masih tetap
berusaha menghalangi rencana itu. Menurut cerita beliau,
dengan sekuat tenaga dia mencoba berangkat ke dokter
untuk menggugurkan janin tersebut. Sesaat sebelum diberi
suntikan, dia berkata kepada dokter, “Dok, kalau suntikan
pertama ini tidak berhasil, saya tidak mau meneruskan lagi.
Biarkan saya memeliharanya...”
Dan benar, suntikan itu tidak berhasil! Dan saat itu
juga ibu mengambil keputusan bulat untuk tetap mengandung anaknya yang kedelapan. Kali ini, masa kandungan ibu
dipenuhi dengan berbagai kekhawatiran. Akankah suntikan tersebut akan mempengaruhi janinnya? Apakah upaya
pengguguran itu akan membuat bayinya akan cacat? Aku
sungguh bisa membayangkan pergolakan batin ibu dalam
masa kehamilan ini. Tapi aku yakin kalau doanya untuk
memohon supaya anaknya lahir sehat dan utuh pasti tak
henti-hentinya dia panjatkan. Akupun bisa memahami dan
membayangkan betapa gundah hatinya ketika saat-saat melahirkan sudah mendekat.
Bayi kedelapan itu ternyata seorang laki-laki. Bersih
dan tampan. Ibu bercerita kalau saat itu dia menghitung
jari-jarinya yang masih kecil dan meneliti seluruh tubuhnya.
Setelah meyakinkan diri bahwa semuanya utuh dan sehat, legalah hatinya...
5
Ah... ibu... aku jadi bisa merasakan betapa hancurnya
hatimu, ketika lima belas setengah tahun kemudian,
anakmu ini dipanggil Tuhan dalam sebuah kecelakaan.
Kesedihan mendalam membuatmu tidak lagi bisa
meneteskan air mata. Diare turut menyerang terus menerus
akibat tekanan perasaan yang sangat berat. Hari-harimu
dipenuhi rasa berdosa dan bersalah. Hari-harimu dipenuhi
perasaan dihukum Tuhan. Tapi engkau mencoba melewatinya
dengan ketabahan luar biasa yang sangat mengharukan.
Apalagi dengan ucapanmu yang sangat menyentuh hati,
“Kalau memang Tuhan menghendakinya, mengapa Dia tidak
mengambilnya sejak aku hamil dulu... Kenapa sekarang, di
saat aku sudah bisa memandang wajahnya, sudah lima belas
tahun lebih hidup bersama...”
Oh ibu tersayang, tidak ada seorang pun yang bisa
menjawab pertanyaanmu ini bukan?
Setiap kali aku mendengar berita tentang pengguguran
kandungan, aku selalu ingat ibu. Benarkah calon-calon ibu itu
sudah kehilangan kelembutan hati sehingga tega melenyapkan
bagian dari kehidupannya sendiri? Ibu sejati akan siap
berkorban apapun untuk anak-anaknya, karena kepercayaan
dan rasa syukur mereka yang besar atas kesempatan untuk
memiliki seseorang yang merupakan ciptaan Tuhan yang
terindah dalam hidup ini.
6

Documentos relacionados

raih ijazah MBA di SMU - Singapore Management University

raih ijazah MBA di SMU - Singapore Management University pulan lulusan pertama di bawah Menurut pemuda berusia 36 program tersebut yang menerima tahw itu, berbandmg dengan sari j d mereka dalam satu majlis jana yang pertama, sarjana kali penyamem*. Semas...

Leia mais

data perusahaan

data perusahaan Lahir di Jakarta, 31 Oktober 1953. Beliau menjabat sebagai Komisaris Bakrieland sejak April 2007. Saat ini beliau antara lain menjabat sebagai Treasury Advisor PT Energi Mega Persada Tbk, Direktur ...

Leia mais